Pidato Mengenai “Bhineka
Tunggal Ika”
Rayhan Karim Arazi
Assalamualaikum Warahmatullahi Warbarokatuuh,
Negara kita ini merupakan negara yang sangat luas, dan
sangat kaya, sehingga terdapat banyak sekali suku bangsa yang ada di negara
kita Indonesia ini.
Negara ini terdiri dari suku
bangsa yang berbeda-beda, dan sejak dulu kala memang sudah banyak sekali perbedaan
diantara kita semua yang sehingga membuat konflik atau permasalahan yang terjadi
pada negeri ini, permasalahan seperti perbedaan pandangan, dan lain – lain yang
sehingga membuat konflik yang lebih besar.
Perbedaan inilah yang tercipta
saat suatu negara memiliki suku bangsa yang berbeda-beda, namun karena inilah
juga Bhineka Tunggal Ika dijadikan ideologii bangsa, yaitu untuk menyatukan
kita semua dari berbagai golongan, agama, etnik, ras, dan lain – lain.
Bhineka Tunggal Ika ini bermakna, “Berbeda-beda tetapi
bersatu,” Kata Bhineka Tunggal Ika ini merupkan frase penggalan dari tulisan
Mpu Tantular yang merupakan penganut agama Buddha.
Para pendiri bangsa Indonesia ini yang sebagian besar
beragama islam terlihat menunjukan sikap toleran untuk menerima warisan Mpu
Tantular, yaitu (Bhinekka Tunggak Ika), walaupun ia penganut agama Buddha.
Inilah sikap yang seharusnya kita contoh.
Namun jika “Bhinekka Tunggal Ika” baru dibuat sekarang,
mungkin akan terjadi demo lagi seperti biasa.
Kata Bhineka Tunggal Ika ini memang
sudah menjadi ideologi bangsa kita ini, seperti yang diharapkan oleh pendiri –
pendiri bangsa ini.
Tetapi apakah sudah benar
terlaksanakan sepenuhnya? Apakah negara kita ini sudah menjadi negara yang diharapkan oleh penidiri
bangsa ini? Bisa iya, bisa tidak.
Di Indonesia ini belakangan ini
banyak kejadian-kejadian yang menyankut masalah kebhinekaan. Memang wajar,
untuk negara yang sedang berkembang pasti hal seperti ini terjadi. Namun, kita
sebagai penerus bangsa tentunya harus berusaha agar memperbaikinya.
Usaha itu sendiri tidak hanya dari
usaha seperti yang seperti dilakukan oleh pendiri – pendiri bangsa pada zaman dahulu,
tetapi bisa kita mulai dari diri kita, mulailah dari hal – hal kecil. Dimulai
dari sikap yang sopan, bagaimana kita memecahkan masalah, dan bagaimana kita
bisa berpikir terbuka (open-minded) dalam memecahkan masalah apapun itu. Karena
ini semua dimulai dari diri kita.
Karena kalau sudah berusan dengan
negara ini yang dipertaruhkan itu bukan untuk suatu kelompok maupun agama saja, yang diperjuangkan
adalah semua warga negara Indonesia, maka dari itu kita tidak bisa
semenah-menah menjadi egois, masalah
yang ada pada suatu bangsa tidak hanya bisa dilakukan oleh satu kelompok saja,
namun harus bersama-sama.
Berbeda-beda tetapi tetap satu
kita membuat perubahan yang lebih baik untuk ke depan. Amin Yarobal Alamin.
Wasalamualaikum Warahmatulahi Wabarokathu.