Sunday, August 27, 2017

Analisis Novel Sengsara Membawa Nikmat (Bab 4)

ANALISIS NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT  (BAB 4: Membalas Dendam)

Rayhan Arazi

Kelas 12

Bahasa Indonesia

UNSUR INTRINSIK

Judul                     : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang             : Tulis Sutan Sati 
Penerbit                 : Balai Pustaka


1. Tema

cerita novel Bab 1 ini menceritakan tentang perjuangan, dapat dilihat dari judulnya, yaitu   "Sengsara membawa Nikmat." Tetapi pada awalnya, pada bagian bab 1 menceritakan lebih kepada pengenalan karakter - karakter pada cerita ini, jadi bisa disimpulkan bahwa tema pada bagian 1: Bermain Sepak Bola itu yaitu adalah pertemanan, dan juga pertengakaran akbiat hal yang kecil yang juga menyankut akbiat suatu kesombongan. - " 


Dalam Bab II ini masih melanjut tentang pembahasan mengenai perkelahian yang terjadi diantara Kacak dengan Midun sebelumnya yaitu saat selesai sepak raga. Juga menceritakan tentang pelatihan silat yang diberikan kepada Midun seingga bisa pandai bersilat. Lalu juga menceritakan refleksi atas hal yang telah menimpa Midun di hari sebelumnya, sehingga dapat amanah dari Haji Abbas. Maka, tema pada bab II ini lebih pada refleksi diri, pertemanan, dan juga hubungan sosial. 


Pada Bab III  menceritakan bagaiaman perbedaan Midun dengan kacak dalam ia mengadakan acara, bagaimana orang - orang lebih sedang dan meriah di tempat sawah Midun dibanding Kacak. Sehingga hal ini membuatnya iri dan semakin benci kepadanya, maka tema dari Bab III ini adalah lebih pada pembencian dan dendam. 

Bab IV menceritakan tentang bagaimana Midun diperlakukan tidak adil oleh Tuanku Laras. Sebenarnya perilaku Midun tidak sama sekali berniat untuk yang diperkirakan oleh tuanku laras, yaitu membuat Pak Inuh pun jatuh, bahkan dia pun tidak sama sekali menyentuhnya. Tujuan Midun baik, yaitu hanya ingin melindungi warga sekitar dari kekacauan yang diperbuat oleh Pak Inuh. Maka tema untuk Bab IV adalah kesabaran, dan ketidakadilan.  


2. Tokoh Penokohan 

Midun (Protagonis): Sopan, Baik dan Sabar, dan Alim, Peduli

Kacak (Antagonis): Sombong, Pemarah, pendendam

Pak Inuh: Gila 

Pak Midun: Baik, Peduli


Tuan ku Laras: Sebagai yang memiliki posisi tertinggi ia lh yang dapat memutuskan apa yang diinginkan sebagai hukumannya, tetapi juga bersangkut bahwa pak Inuh adalah keluarga dari Tuan ku Laras dan kacak, amarahnya pun makin bertambah. Dan juga pak Inush itu sudah menjadi gila, maka meskipun 

Warga Kampung: Di bab ini lebih diperlihatkan bagaimana sikap Midun yang baik sehingga warga di kampung tersebut ingin melakukan yang sama baik untuk midun. 

"Banyak orang kampung itu yang suka menggantikan hukuman Midun. Ada pula yang mau menyabit rumput sepuluh rajut sehari dan menjaga kantor siang-malam, asal Midun dilepaskan." 


3. Alur/Plot (BAB 1) 

Suatu hari Midun sedang berjalan-jalan di pasar. Ketika itu ia melihat ada orang gila yang membuat kekacuan. Orang gila tersebut dijelaskan bahwa ia bernama Pak Inuh, ia merupakan bagian dari keluarga besar tuan laras dan juga Kacak. Kisah singkat sebelun menjadi gila, pak inuh dulu merupakan orang yang baik dan membantu warga, tetapi pada akhirnya ia menjadi gila. Di kampong tersebut ia membuat kekacuan, menginjak-nginjak wanita dan lain sebagainya. Pak Inuh juga sambil membawa pisau. Orang – orang di pasar pun ketakutan, dan berlari- lari dan teriak. Midun pun akhirnya beraksi, ia menyampiri pak Inuh lalu mengambi pisaunhya dan di lempar sejauhnya. Pak inuh pun marah dan ia pun inginghi melawannya, tetapi sebelum sempat sampai Ia terjatuh, bukan karena Midun, Midun hanya menhindar. Lalu pak Inuh diikat dan diamankan.

Warga pun sangat berterima kasih kepadanya, sebab jika tidak ada Midun, orang – orang di pasar sudah babak belur. Berita pun tersebar dengan cepat. Mendengar berita ini, kacak dan tuanku laras memamanas, disamping Pak Inuh itu keluarganya ia juga orang gila yang tuanku laras merasa kasihan kepadanya.

 Midun pun menjelaskan bahwa ia hanya ingin melindungi warga sekitar, dan pak inuh terluka bukan karena dia. Lalu tuanku laras memberinya hukuman untuk menyambit rumput, kerja di kantor, siang dan malam. Kacak yang lama membenci midun senang mendengarnnya, bahkan ia dapat menyruh – nyruh Midun untuk melakukan pekerjaan berat.

Siang dan malam, Midun menjalankan 6 hari hukuman nya ia sangat lelah, hingga suatu hari ia terjatuh karena badannya yang sangat lelah. Kacak tidak suka sekali dengan Midun, akhirnya saat ia terjatuh ia dipukuli oleh kacak beberapa kali. Untung kejadian ini terlihat oleh Tuan ku laras, dan kacak di marahi. Midun yang sedang sakit dan tinggal satu hari lagi menjalankan hukuman diganti oleh ayahnya.

Pak Midun dan Hajji Abass memohon ampun kepada tuanku laras agar Midun dimaafkan. Akhirnya dimaafkan juga. Melihat kejadian ini warga heran, padahal yang dilakukukan Midun pun tidak salah sama sekali, begitu pula Pak Midun dan Hajji Abass memikirkan juga tentang kenapa Kacak sangat membencinya dari dulu. Meskipun begitu, Midun tetap berlapang dada dan  menerima berbagai cobaan yang ditimpa kepadanya.


3. Latar. 

Latar waktu: Siang Hari di sebuah pasar, pagi hari di rumah Midun, dan malam sampai pagi, yaitu saat ia menjalani hukuman yang diberikan oleh tuanku laras selama 6 hari. 


4. Sudut Pandang

- Sudut pandang orang ke-3, Serba tahu

Pengarang menjadi pelaku dalam cerita ini dan juga penciptanya.

5. Amanat 

Perbuatan Midun memang baik, tidak bisa diragukan lagi, ia menyelamatkan orang - orang dari kekacauan yang diperbuat oleh Pak Inuh, bahkan warga sekitar sangat berterimakasih hingga mendengar Midun mendapat hukuman dari Tuan ku Laras membuat hati warga tidak tenang, karena yang diperbuat oleh midun pun tidak ada salahnya. 

Meskipun begitu, Midun tetap ikhlas menerima semua cobaan yang diberikan kepadanya, cobaan dari tuan ku laras, bahkan Kacak sendiri. 

UNSUR EKSTRINSIK 

Biografi Singkat Penulis:

Tulis Susan Sati lahir di Bukittinggi, Sumatera. Lahir pada tahun 1898, dan meninggal pada tahun 1942. Sebanyak 7 novel telah dibuat oleh Tulis Susan Sati, dan "Sengsara Membawa Nikmat" salah satu novelnya.

Nilai - Nilai dalam Cerita: 

Nilai - nilai dalam cerita ini lebih pada nilai sosial, status sosial yang mempengaruhi nilai budaya yang buruk dilihat dari waktak seorang antagonisnya, yaitu Kacak yang sangat membangkan jabatan pamannya sehingga membuatnya menjadi sombong. Nilai budaya yang baik terdapat pada sikap santun warga dalam kampunya, dan juga Midun dan para sahabatnya. Perbuatan midun terhadap Pak inuh merupakan baik karena menyelamatkan warga sekitar, tetapi karena ada masalah faktor keluarga yang bersangkutan adalah keluarga dari tuan ku laras dan juga kacak dan lain sebagainya, timbul lah permasalahan, tertuma dengan kacak yang ia sudah lama membenci Midun. 





Sunday, August 20, 2017

Analisis Novel Sengasara Membawa Nikmat (Bab 3)

ANALISIS NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT  (BAB 3: Dimusuhi)

Rayhan Arazi

Kelas 12

Bahasa Indonesia

UNSUR INTRINSIK

Judul                     : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang             : Tulis Sutan Sati 
Penerbit                 : Balai Pustaka


1. Tema

cerita novel Bab I ini menceritakan tentang perjuangan, dapat dilihat dari judulnya, yaitu   "Sengsara membawa Nikmat." Tetapi pada awalnya, pada bagian bab 1 menceritakan lebih kepada pengenalan karakter - karakter pada cerita ini, jadi bisa disimpulkan bahwa tema pada bagian 1: Bermain Sepak Bola itu yaitu adalah pertemanan, dan juga pertengakaran akbiat hal yang kecil yang juga menyankut akbiat suatu kesombongan. - " 



Dalam Bab II ini masih melanjut tentang pembahasan mengenai perkelahian yang terjadi diantara Kacak dengan Midun sebelumnya yaitu saat selesai sepak raga. Juga menceritakan tentang pelatihan silat yang diberikan kepada Midun seingga bisa pandai bersilat. Lalu juga menceritakan refleksi atas hal yang telah menimpa Midun di hari sebelumnya, sehingga dapat amanah dari Haji Abbas. Maka, tema pada bab II ini lebih pada refleksi diri, pertemanan, dan juga hubungan sosial. 

Pada Bab III  menceritakan bagaiaman perbedaan Midun dengan kacak dalam ia mengadakan acara, bagaimana orang - orang lebih sedang dan meriah di tempat sawah Midun dibanding Kacak. Sehingga hal ini membuatnya iri dan semakin benci kepadanya, maka tema dari Bab III ini adalah lebih pada pembencian dan dendam. 


2. Tokoh Penokohan  BAB III 

Midun (Protagonis): Sopan, Baik dan Sabar, dan Alim, menyenangkan

Kacak (Antagonis): Sombong, Pemarah, Iri hati, pendendam

""Melihat orang ramai di sawah Midun, Kacak sangat iri hati. Bencinya kepada Midun semakin berkoba" 

"Hatinya sangat panas, hingga menimbulkan maksud jahat"  


3. Alur/Plot (BAB 1) 

Cerita dimulai dengan menceritakan tentang kehidupan warga kampung. Bagaimana orang - orang di sana berkehidupan ada yang merantau ke negeri luar, dan banyak lagi.


Pada suatu malam, Ayah Midun berkata kepada kepada Midun bahwa keesokan hari akan menggirik padi dan memotong kambing, dan ia mengajak anaknya untuk mengajak teman - teman dan keluarga sekitar kampung yang ia kenali untuk mengikutinya. 

Kesokan harinya, Midun sudah tiba di sawahnya, dia pun mempersiapkan tikar untuk nanti akan dipakai untuk beristirahat orang - orang. Teman -temannya pun datang, begitu pula keluarga lainnya. Mereka sangat senang , bahagia, dan ceria sambil memotong padi. Tetapi beda halnya dengan sawah tetangga nya yaitu sawah istri kacak dan Kacak, dimana yang datang hanyalah sebagian anggota keluarganya, dan ada sedikit orang lain, mereka seperti tidak dan hanaya kerja saja. Beda halnya dengan yang ada di sawah kacak, dimana mereka kerja sambil bersenang- senang. 


Hal ini membuat kacak semakin iri terhadapnya, karena mengetahui Midun hanyalah orang sederhana, tetapi kenapa bisa begitu disukai orang. Hal ini membuat Kacak semakin benci terhadapnya dan ingin suatu saat berkelahi dengannya. Bahkan pada saat berpas-pasan, saat Midun menyapanya, Ia tidak peduli, bahkan tidak menyapa balik, yang ditunjukan hanyalah kebenciannya, ditunjukan dengan ia meludah. Midun pun biasa saja, dia bahkan menganggap ludah itu pun tidak sengaja, maka bukan hal besar untuk Midun di tanggapi.  karena hari inilah kebencian Kacak terhadap midun mulai menambah. 

3. Latar. 

Latar Tempat: Di sebuah kampung dekat Bukittinggi , di sebuah sawah di kampungnya

"Sampai di sawah iapun menebas tunggul batang padi untuk orang mengirik"  

Latar waktu: Malam " Pada suatu malam Pak Midun berkata kepada anaknya"  dan pagi saat orang - orang sedang menyambit padi. 

4. Sudut Pandang

- Sudut pandang orang ke-3, Serba tahu

Pengarang menjadi pelaku dalam cerita ini dan juga penciptanya.

5. Amanat 

Jangan iri seperti Kacak, karena akan membuat kebencian

Kutipan: "Kacak berkata dalam hatinya, "Jika dibiarkan, akhirnya Midun mau menjadi raja di kampung ini"




UNSUR EKSTRINSIK 

Biografi Singkat Penulis:

Tulis Susan Sati lahir di Bukittinggi, Sumatera. Lahir pada tahun 1898, dan meninggal pada tahun 1942. Sebanyak 7 novel telah dibuat oleh Tulis Susan Sati, dan "Sengsara Membawa Nikmat" salah satu novelnya.

Nilai - Nilai dalam Cerita: 

Nilai - nilai dalam cerita ini lebih pada nilai sosial, status sosial yang mempengaruhi nilai budaya yang buruk dilihat dari waktak seorang antagonisnya, yaitu Kacak yang sangat membangkan jabatan pamannya sehingga membuatnya menjadi sombong. Nilai budaya yang baik terdapat pada sikap santun warga dalam kampunya, dan juga Midun dan para sahabatnya. 


Analisis Novel Sengsara Membawa Nikmat (Bab 2)

ANALISIS NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT  (BAB 2: Senjata Hidup)

Rayhan Arazi

Kelas 12

Bahasa Indonesia

UNSUR INTRINSIK

Judul                     : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang             : Tulis Sutan Sati 
Penerbit                 : Balai Pustaka


1. Tema 

cerita novel Bab I ini menceritakan tentang perjuangan, dapat dilihat dari judulnya, yaitu   "Sengsara membawa Nikmat." Tetapi pada awalnya, pada bagian bab 1 menceritakan lebih kepada pengenalan karakter - karakter pada cerita ini, jadi bisa disimpulkan bahwa tema pada bagian 1: Bermain Sepak Bola itu yaitu adalah pertemanan, dan juga pertengakaran akbiat hal yang kecil yang juga menyankut akbiat suatu kesombongan. - " 

Dalam Bab II ini masih melanjut tentang pembahasan mengenai perkelahian yang terjadi diantara Kacak dengan Midun sebelumnya yaitu saat selesai sepak raga. Juga menceritakan tentang pelatihan silat yang diberikan kepada Midun seingga bisa pandai bersilat. Lalu juga menceritakan refleksi atas hal yang telah menimpa Midun di hari sebelumnya, sehingga dapat amanah dari Haji Abbas. Maka, tema pada bab II ini lebih pada refleksi diri, pertemanan, dan juga hubungan sosial. 


2. Tokoh Penokohan dan Watak (BAB II) 

Midun : Sopan, Baik dan Sabar, dan Alim,

"Hal itu sudah sepatutnya, Midun. Pertama, engkau seorang alim. Kedua, engkau disukai dan dikasihi orang kampung ini."  (BAB I) 

Pak Midun (Ayahnya Midun): Baik, Lucu (kreatif - iseng), peduli.

Pak Midun merupakan ayah dari Midun. Sudah lama berteman dengan Haji Abbas dan juga merupakan pesilat yang pandai.

Kutipan: "Karena Pak Midun sendiri dahulu seorang pandai silat, insaf benarlah ia bagaimana kebaikan pergerakan badan itu untuk menjaga kesehatan tubuh." (Halaman 14 - 15) 


Marah Haji Abbas: Seorang Peduli, Baik, Alim,

     Ia sangat dikenal di mana- mana sebagai guru ilmu silat yang paling pandai, kuat dan berani. Banyak sekali cerita - cerita mengenai Haji Abbas diwaktu muda dan juga perjalanan ke tanah suci, ia dilawan beberapa orang, tetapi dapat ia tangkal dengan ilmu silatnya yang diperoleh.  Tidak hanya itu Haji Abbas juga merupakan Ulama Besar. Bahkan banyak sekali orang dari luar negeri datang untuk mengaji dan juga belajar silat dengan Haji Abbas. (Halaman 16 - 17)

Pendekar Sutan: (tidak begitu terlihat wataknya): Berperan sebagai guru silat, adik kandung dari pak Midun


3. Alur/Plot (BAB 2) 

     Sehabis bertengkarnya Midun dengan Kacak, berita pun tersebar ke seluruh kampung. Kebencian Kacak terhadap Midun pun makin menambah, ditambah lagi dendam yang ia lama pendam. Banyak hal yang membuat kacak tidak suka dengan Midun, yaitu bagaiman Midun itu sangat disayang oleh warga sekitarnya, dan juga midun menjadi ketua dalam permufakatan, dan juga terpilihnya ia sebagai murid Haji Abass. (Hal 12 - 13) 

      Midun adalah anak yang sederhana, anak seorang peladang. Meskipun begitu ayah Midun merupakan seorang yang berpengetahuan yang luas, karena sudah banyak negeri yang ditempuhnya dan dirantau sehingga ia banyak melihat dan belajar dari tempat lain, sehingga diajarkan kepada anaknya, Midun agar menjadi anak yang baik dan pintar. Bapak Midun juga pandai dalam bersilat. (Hal- 14) 

         Sebelum Midun ikut belajar bersama Haji Abass, ia mengikuti belajar silat bersama adik kandung dari sang ayah, yaitu Pendekar Sutan. Ia tidak diterima oleh Haji Abass dengan alasan bahwa sudah tidak sanggup haji Abass untuk mengajar. Pendekar Sutan mengajar Midun untuk bersilat. Setelah tamat bersama Pendekar Sutan, Midun ingin belajar lebih lagi, tetapi dengan guru silat, Haji Abass, yang dikenal oleh warga setempat bahkan dari mana-mana pun nama Haji Abass dikenal sebagai guru atau bisa dibilang masternya ilmu silat. 

             Meskipun begitu, agar dapat bisa diajar oleh Haji Abass bukan lah hal yang gampang. Ia sudah ditolak beberapa kali. Sehingga, bapak Midun pun akhirnya memutuskan untuk menipu Haji Abass, yaitu saat sedang tidur ia akan dilawan oleh Midun tanpa diketahui, yang di awali dengan melempar ranting ke Haji Abass sehingga terbangun. Alasan dari aksi ini adalah agar mendapatkan teknik silat dan juga meminta izin. Aksi itu pun dilakukan sehingga haji Abassterbangun dan melawannya, sehingga ia sadar bahwa yang melawannya adalah midun. Lalu bapak midun dan pendekar sutan keluar dan menjelaskan dengan tenang sambil tertawa. Sehingga tiba dimana akhirnya Hajo Abass pun akan mengajar Midun untuk bersilat dengan cara yang berbeda tekniknya dan cara berlatihnya.

                Tidak lama, bapak midun dan Haji Abass pun mengetahui tentang kejadian pertengkaran antara Midun dengan Kacak, sehingga membuat mereka bertanya-tanya. Midun menjelaskan dengan tenang bahwa itu perbuatan Kacak, dia yang memulai, bahkan Midun sama sekali tidak memukulnya, melainkan hanya menghindar. Mendengar ini dari berbagai saksi mata juga, membuat mereka lega. Lalu Midun diberi nasehat hidup oleh Haji Abass, Midun pun terpekur mendengarnya.


4. Latar. 

Latar Tempat: Sebuah kampung dekat Bukitinggi, dan sekitar halaman rumah Haji Abbas.

Latar waktu: Malam dan Sore hari - Melanjutkan adegan dari BAB I: Bermain Sepak Raga


5. Sudut Pandang 

- Sudut pandang orang ke-3, Serba tahu

Pengarang menjadi pelaku dalam cerita ini dan juga penciptanya.dan juga bersikap dalam berbuat kehidupan yang baik dalam berkeskipan naasional

6. Amanat (BAB II) 

Tidak boleh sombong dan merasa lebih hebat, harus rendah hati, dan sabar. Tidak boleh iri karena dapat membuat kebencian atau dendam, seperti halnya dengan Kacak dengan Midun. Dan mendengarkan nasehat orang yang lebih tua, bisa guru atau orangtua. Dan juga orangtua yang dapat mendidik anak, mengetahui yang baik dan buruk akan membentuk anaknya seperti apa nanti. 


UNSUR EKSTRINSIK 

Biografi Singkat Penulis:

Tulis Susan Sati lahir di Bukittinggi, Sumatera. Lahir pada tahun 1898, dan meninggal pada tahun 1942. Sebanyak 7 novel telah dibuat oleh Tulis Susan Sati, dan "Sengsara Membawa Nikmat" salah satu novelnya.

Nilai - Nilai dalam Cerita: 

Nilai - nilai dalam cerita ini lebih pada nilai sosial, status sosial yang mempengaruhi nilai budaya yang buruk dilihat dari waktak seorang antagonisnya, yaitu Kacak yang sangat membangkan jabatan pamannya sehingga membuatnya menjadi sombong. Nilai budaya yang baik terdapat pada sikap santun warga dalam kampunya, dan juga Midun dan para sahabatnya.

Nilai budaya dalam berkeluarga dan pertemnan ditunjukan dan disikapkan oleh Pak Midun dan juga Marah Haji Abbas (Bapak Midun) kepada Midun. Contoh ketika tersebarlah perkelahian, Marah Haji Abbas pun memberikan nasehat kepada Midun mengenai pergaulan, nilai - nilai baik dan buruk dan mempelihara namanya. 



Monday, August 7, 2017

Analisis Novel Sengsara Membawa Nikmat (BAB 1)

ANALISIS NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT  (BAB 1: Bermain Sepak Bola)

Rayhan Arazi

Kelas 12

Bahasa Indonesia

UNSUR INTRINSIK

Judul                     : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang             : Tulis Sutan Sati 
Penerbit                 : Balai Pustaka


1. Tema

cerita novel bab 1 ini menceritakan tentang perjuangan, dapat dilihat dari judulnya, yaitu   "Sengsara membawa Nikmat." Tetapi pada awalnya, pada bagian bab 1 menceritakan lebih kepada pengenalan karakter - karakter pada cerita ini, jadi bisa disimpulkan bahwa tema pada bagian 1: Bermain Sepak Bola itu yaitu adalah pertemanan, dan juga pertengakaran akbiat hal yang kecil yang juga menyankut akbiat suatu kesombongan. - " 




2. Tokoh Penokohan 

Midun (Protagonis): Sopan, Baik dan Sabar, dan Alim,


"Hal itu sudah sepatutnya, Midun. Pertama, engkau seorang alim. Kedua, engkau disukai dan dikasihi orang kampung ini."  

Kacak (Antagonis): Sombong, Pemarah

Kacak diceritakan bahwa dia memiliki seorang paman yang memiliki jabatan sebagai kepala desa, ini lah yang kacak merasa lebih hebat dari yang lain, membuatnya sombong.


"Si Kacak, kemenakan Tuanku Laras, sudah datangkah?"   *Tuanku laras artinya adalah kepala daerah 

"Oleh Kacak hanya derajatnya jadi kemenakan Tuanku Laras saja yang dimegahkannya. Tentang tingkah laku dan perangai- nya tidak ada yang akan diharap" 
Maun (Netral): Baik - baik saja, teman baik, suka mendampingi Midun

Kadirun: Seorang pemuda yang sabar




3. Alur/Plot (BAB 1) 

    Cerita di awali dengan seorang pemuda bernama Midun yang memiliki sahabat bernama Maun. Ia tinggal di sebuah kampung di dekat Bukit Tinggi  Midun dikenal sebagai orang yang baik, sopan dan alim. Kelakuannya yang baik itu membuat ia disukai oleh warga sekitar. 

Kutipan (1): 

"Hal itu sudah sepatutnya, Midun. Pertama, engkau seorang alim. Kedua, engkau disukai dan dikasihi orang kampung ini. Oleh Kacak hanya derajatnya jadi kemenakan Tuanku Laras saja yang dimegahkannya. Tentang tingkah laku dan perangai- nya tidak ada yang akan diharap. Memang dia kurang disukai orang di seluruh kampung ini."

"Tetapi mereka ber-salam tidak se- bagai kepada Midun, melainkan kebalikannya. Mereka itu semuanya seolah-olah terpaksa, sebab ada yang ditakutkannya." 


   Namun, tidak untuk seorang bernama Kacak. Seorang Pemuda berusia 21 tahun yang begitu membanggakan jabatan yang dimiliki pamannya sebagai kepala desa, sehingga membuatnya menjadi sombong dan merasa hebat, sehingga memiliki perilaku yang buruk. Dia sudah tidak disukai banyak warga sekitar, sehingga mereka hanya baik karena terpakasa. Kacak juga tidak suka dengan Midun karena iri, Midun begitu disukai orang -orang, sedangkan dia tidak. 

   Dalam kampungnya sedang diadakan permainan sepak raga. Banyak sekali penontonnya, terutama orang - orang dari pasar. Midun mengikuti permainan sepak raga, dengan Maun dan juga Kacak. Namun saat bermain sepak raga, Kacak tidak bermain dengan baik, sampai ia terjatuh saat bermain. Di saat itu ada seseorang teriak "Cempedak Hutan." Perkataan ini membuat orang - orang tertawa, sehingga Kacak pun menjadi panas dan marah - marah karena ia menggira ia ditertawakan oleh orang - orang.  Lalu yang di maksud dengan "Cempedak Hutan" itu adalah sebuah kenangan lucu yang membuat mereka tertawa, sehingga mereka tertawa bukanlah karena mengejek, tetapi mengingat kenanangan lama, dijelaskan oleh Midun. Hal ini membuat Kacak malu dan semakin benci ia terhadap Midun, sehingga pada akhirnya ia balik pulang ke rumah. Lalu pertandingan pun selesai karena sudah sore. 

kutipan (2): 

Jadi nyatalah kepada Engku Muda Kacak ataupun sanak-saudara yang lain, bahwa kami tidak menertawakan Engku Muda, melainkan tertawa mengenangkan perangai dahulu jua."

"Permainan sepak raga dihentikan, karena hari sudah jauh petang". 

"Tetapi apa hendak dikatakan, ia terpaksa berjalan dari tempat itu karena malu"



3. Latar. 

Latar waktu: Sore hari:

"WAKTU asar sudah tiba. Amat cerah hari petang itu. Langit tidak berawan, hening jernih sangat bagusnya." 
Latar Tempat: Di sebuah kampung tidak jauh dari bukittinggi :

"Demikianlah pula sebuah kampung yang terletak pada sebuah lembah, tidak jauh dari Bukittinggi"





4. Sudut Pandang

- Sudut pandang orang ke-3, Serba tahu

Pengarang menjadi pelaku dalam cerita ini dan juga penciptanya.

5. Amanat 

Tidak boleh sombong dan merasa lebih hebat, harus rendah hati, dan sabar.




UNSUR EKSTRINSIK 

Biografi Singkat Penulis:

Tulis Susan Sati lahir di Bukittinggi, Sumatera. Lahir pada tahun 1898, dan meninggal pada tahun 1942. Sebanyak 7 novel telah dibuat oleh Tulis Susan Sati, dan "Sengsara Membawa Nikmat" salah satu novelnya.

Nilai - Nilai dalam Cerita: 

Nilai - nilai dalam cerita ini lebih pada nilai sosial, status sosial yang mempengaruhi nilai budaya yang buruk dilihat dari waktak seorang antagonisnya, yaitu Kacak yang sangat membangkan jabatan pamannya sehingga membuatnya menjadi sombong. Nilai budaya yang baik terdapat pada sikap santun warga dalam kampunya, dan juga Midun dan para sahabatnya.