Sunday, August 20, 2017

Analisis Novel Sengsara Membawa Nikmat (Bab 2)

ANALISIS NOVEL SENGSARA MEMBAWA NIKMAT  (BAB 2: Senjata Hidup)

Rayhan Arazi

Kelas 12

Bahasa Indonesia

UNSUR INTRINSIK

Judul                     : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang             : Tulis Sutan Sati 
Penerbit                 : Balai Pustaka


1. Tema 

cerita novel Bab I ini menceritakan tentang perjuangan, dapat dilihat dari judulnya, yaitu   "Sengsara membawa Nikmat." Tetapi pada awalnya, pada bagian bab 1 menceritakan lebih kepada pengenalan karakter - karakter pada cerita ini, jadi bisa disimpulkan bahwa tema pada bagian 1: Bermain Sepak Bola itu yaitu adalah pertemanan, dan juga pertengakaran akbiat hal yang kecil yang juga menyankut akbiat suatu kesombongan. - " 

Dalam Bab II ini masih melanjut tentang pembahasan mengenai perkelahian yang terjadi diantara Kacak dengan Midun sebelumnya yaitu saat selesai sepak raga. Juga menceritakan tentang pelatihan silat yang diberikan kepada Midun seingga bisa pandai bersilat. Lalu juga menceritakan refleksi atas hal yang telah menimpa Midun di hari sebelumnya, sehingga dapat amanah dari Haji Abbas. Maka, tema pada bab II ini lebih pada refleksi diri, pertemanan, dan juga hubungan sosial. 


2. Tokoh Penokohan dan Watak (BAB II) 

Midun : Sopan, Baik dan Sabar, dan Alim,

"Hal itu sudah sepatutnya, Midun. Pertama, engkau seorang alim. Kedua, engkau disukai dan dikasihi orang kampung ini."  (BAB I) 

Pak Midun (Ayahnya Midun): Baik, Lucu (kreatif - iseng), peduli.

Pak Midun merupakan ayah dari Midun. Sudah lama berteman dengan Haji Abbas dan juga merupakan pesilat yang pandai.

Kutipan: "Karena Pak Midun sendiri dahulu seorang pandai silat, insaf benarlah ia bagaimana kebaikan pergerakan badan itu untuk menjaga kesehatan tubuh." (Halaman 14 - 15) 


Marah Haji Abbas: Seorang Peduli, Baik, Alim,

     Ia sangat dikenal di mana- mana sebagai guru ilmu silat yang paling pandai, kuat dan berani. Banyak sekali cerita - cerita mengenai Haji Abbas diwaktu muda dan juga perjalanan ke tanah suci, ia dilawan beberapa orang, tetapi dapat ia tangkal dengan ilmu silatnya yang diperoleh.  Tidak hanya itu Haji Abbas juga merupakan Ulama Besar. Bahkan banyak sekali orang dari luar negeri datang untuk mengaji dan juga belajar silat dengan Haji Abbas. (Halaman 16 - 17)

Pendekar Sutan: (tidak begitu terlihat wataknya): Berperan sebagai guru silat, adik kandung dari pak Midun


3. Alur/Plot (BAB 2) 

     Sehabis bertengkarnya Midun dengan Kacak, berita pun tersebar ke seluruh kampung. Kebencian Kacak terhadap Midun pun makin menambah, ditambah lagi dendam yang ia lama pendam. Banyak hal yang membuat kacak tidak suka dengan Midun, yaitu bagaiman Midun itu sangat disayang oleh warga sekitarnya, dan juga midun menjadi ketua dalam permufakatan, dan juga terpilihnya ia sebagai murid Haji Abass. (Hal 12 - 13) 

      Midun adalah anak yang sederhana, anak seorang peladang. Meskipun begitu ayah Midun merupakan seorang yang berpengetahuan yang luas, karena sudah banyak negeri yang ditempuhnya dan dirantau sehingga ia banyak melihat dan belajar dari tempat lain, sehingga diajarkan kepada anaknya, Midun agar menjadi anak yang baik dan pintar. Bapak Midun juga pandai dalam bersilat. (Hal- 14) 

         Sebelum Midun ikut belajar bersama Haji Abass, ia mengikuti belajar silat bersama adik kandung dari sang ayah, yaitu Pendekar Sutan. Ia tidak diterima oleh Haji Abass dengan alasan bahwa sudah tidak sanggup haji Abass untuk mengajar. Pendekar Sutan mengajar Midun untuk bersilat. Setelah tamat bersama Pendekar Sutan, Midun ingin belajar lebih lagi, tetapi dengan guru silat, Haji Abass, yang dikenal oleh warga setempat bahkan dari mana-mana pun nama Haji Abass dikenal sebagai guru atau bisa dibilang masternya ilmu silat. 

             Meskipun begitu, agar dapat bisa diajar oleh Haji Abass bukan lah hal yang gampang. Ia sudah ditolak beberapa kali. Sehingga, bapak Midun pun akhirnya memutuskan untuk menipu Haji Abass, yaitu saat sedang tidur ia akan dilawan oleh Midun tanpa diketahui, yang di awali dengan melempar ranting ke Haji Abass sehingga terbangun. Alasan dari aksi ini adalah agar mendapatkan teknik silat dan juga meminta izin. Aksi itu pun dilakukan sehingga haji Abassterbangun dan melawannya, sehingga ia sadar bahwa yang melawannya adalah midun. Lalu bapak midun dan pendekar sutan keluar dan menjelaskan dengan tenang sambil tertawa. Sehingga tiba dimana akhirnya Hajo Abass pun akan mengajar Midun untuk bersilat dengan cara yang berbeda tekniknya dan cara berlatihnya.

                Tidak lama, bapak midun dan Haji Abass pun mengetahui tentang kejadian pertengkaran antara Midun dengan Kacak, sehingga membuat mereka bertanya-tanya. Midun menjelaskan dengan tenang bahwa itu perbuatan Kacak, dia yang memulai, bahkan Midun sama sekali tidak memukulnya, melainkan hanya menghindar. Mendengar ini dari berbagai saksi mata juga, membuat mereka lega. Lalu Midun diberi nasehat hidup oleh Haji Abass, Midun pun terpekur mendengarnya.


4. Latar. 

Latar Tempat: Sebuah kampung dekat Bukitinggi, dan sekitar halaman rumah Haji Abbas.

Latar waktu: Malam dan Sore hari - Melanjutkan adegan dari BAB I: Bermain Sepak Raga


5. Sudut Pandang 

- Sudut pandang orang ke-3, Serba tahu

Pengarang menjadi pelaku dalam cerita ini dan juga penciptanya.dan juga bersikap dalam berbuat kehidupan yang baik dalam berkeskipan naasional

6. Amanat (BAB II) 

Tidak boleh sombong dan merasa lebih hebat, harus rendah hati, dan sabar. Tidak boleh iri karena dapat membuat kebencian atau dendam, seperti halnya dengan Kacak dengan Midun. Dan mendengarkan nasehat orang yang lebih tua, bisa guru atau orangtua. Dan juga orangtua yang dapat mendidik anak, mengetahui yang baik dan buruk akan membentuk anaknya seperti apa nanti. 


UNSUR EKSTRINSIK 

Biografi Singkat Penulis:

Tulis Susan Sati lahir di Bukittinggi, Sumatera. Lahir pada tahun 1898, dan meninggal pada tahun 1942. Sebanyak 7 novel telah dibuat oleh Tulis Susan Sati, dan "Sengsara Membawa Nikmat" salah satu novelnya.

Nilai - Nilai dalam Cerita: 

Nilai - nilai dalam cerita ini lebih pada nilai sosial, status sosial yang mempengaruhi nilai budaya yang buruk dilihat dari waktak seorang antagonisnya, yaitu Kacak yang sangat membangkan jabatan pamannya sehingga membuatnya menjadi sombong. Nilai budaya yang baik terdapat pada sikap santun warga dalam kampunya, dan juga Midun dan para sahabatnya.

Nilai budaya dalam berkeluarga dan pertemnan ditunjukan dan disikapkan oleh Pak Midun dan juga Marah Haji Abbas (Bapak Midun) kepada Midun. Contoh ketika tersebarlah perkelahian, Marah Haji Abbas pun memberikan nasehat kepada Midun mengenai pergaulan, nilai - nilai baik dan buruk dan mempelihara namanya. 



No comments:

Post a Comment