Rayhan Arazi
Kelas 12
Bahasa Indonesia
UNSUR INTRINSIK
Judul : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
1. Tema
cerita novel bab 1 ini menceritakan tentang perjuangan, dapat dilihat dari judulnya, yaitu "Sengsara membawa Nikmat." Tetapi pada awalnya, pada bagian bab 1 menceritakan lebih kepada pengenalan karakter - karakter pada cerita ini, jadi bisa disimpulkan bahwa tema pada bagian 1: Bermain Sepak Bola itu yaitu adalah pertemanan, dan juga pertengakaran akbiat hal yang kecil yang juga menyankut akbiat suatu kesombongan. - "
2. Tokoh Penokohan
Midun (Protagonis): Sopan, Baik dan Sabar, dan Alim,
"Hal itu sudah sepatutnya, Midun. Pertama, engkau seorang alim. Kedua, engkau disukai dan dikasihi orang kampung ini."
Kacak diceritakan bahwa dia memiliki seorang paman yang memiliki jabatan sebagai kepala desa, ini lah yang kacak merasa lebih hebat dari yang lain, membuatnya sombong.
"Si Kacak, kemenakan Tuanku Laras, sudah datangkah?" *Tuanku laras artinya adalah kepala daerah
"Oleh Kacak hanya derajatnya jadi kemenakan Tuanku Laras saja yang dimegahkannya. Tentang tingkah laku dan perangai- nya tidak ada yang akan diharap"
"Oleh Kacak hanya derajatnya jadi kemenakan Tuanku Laras saja yang dimegahkannya. Tentang tingkah laku dan perangai- nya tidak ada yang akan diharap"
Kadirun: Seorang pemuda yang sabar
3. Alur/Plot (BAB 1)
Cerita di awali dengan seorang pemuda bernama Midun yang memiliki sahabat bernama Maun. Ia tinggal di sebuah kampung di dekat Bukit Tinggi Midun dikenal sebagai orang yang baik, sopan dan alim. Kelakuannya yang baik itu membuat ia disukai oleh warga sekitar.
Kutipan (1):
"Hal itu sudah sepatutnya, Midun. Pertama, engkau seorang alim. Kedua, engkau disukai dan dikasihi orang kampung ini. Oleh Kacak hanya derajatnya jadi kemenakan Tuanku Laras saja yang dimegahkannya. Tentang tingkah laku dan perangai- nya tidak ada yang akan diharap. Memang dia kurang disukai orang di seluruh kampung ini."
"Tetapi mereka ber-salam tidak se- bagai kepada Midun, melainkan kebalikannya. Mereka itu semuanya seolah-olah terpaksa, sebab ada yang ditakutkannya."
Namun, tidak untuk seorang bernama Kacak. Seorang Pemuda berusia 21 tahun yang begitu membanggakan jabatan yang dimiliki pamannya sebagai kepala desa, sehingga membuatnya menjadi sombong dan merasa hebat, sehingga memiliki perilaku yang buruk. Dia sudah tidak disukai banyak warga sekitar, sehingga mereka hanya baik karena terpakasa. Kacak juga tidak suka dengan Midun karena iri, Midun begitu disukai orang -orang, sedangkan dia tidak.
Dalam kampungnya sedang diadakan permainan sepak raga. Banyak sekali penontonnya, terutama orang - orang dari pasar. Midun mengikuti permainan sepak raga, dengan Maun dan juga Kacak. Namun saat bermain sepak raga, Kacak tidak bermain dengan baik, sampai ia terjatuh saat bermain. Di saat itu ada seseorang teriak "Cempedak Hutan." Perkataan ini membuat orang - orang tertawa, sehingga Kacak pun menjadi panas dan marah - marah karena ia menggira ia ditertawakan oleh orang - orang. Lalu yang di maksud dengan "Cempedak Hutan" itu adalah sebuah kenangan lucu yang membuat mereka tertawa, sehingga mereka tertawa bukanlah karena mengejek, tetapi mengingat kenanangan lama, dijelaskan oleh Midun. Hal ini membuat Kacak malu dan semakin benci ia terhadap Midun, sehingga pada akhirnya ia balik pulang ke rumah. Lalu pertandingan pun selesai karena sudah sore.
kutipan (2):
Jadi nyatalah kepada Engku Muda Kacak ataupun
sanak-saudara yang lain, bahwa kami tidak menertawakan
Engku Muda, melainkan tertawa mengenangkan perangai
dahulu jua."
"Permainan sepak raga dihentikan, karena hari sudah jauh petang".
"Tetapi apa hendak dikatakan, ia
terpaksa berjalan dari tempat itu karena malu"
3. Latar.
Latar waktu: Sore hari:
"WAKTU asar sudah tiba. Amat cerah hari petang itu. Langit tidak berawan, hening jernih sangat bagusnya."
"Demikianlah pula sebuah kampung yang terletak pada sebuah lembah, tidak jauh dari Bukittinggi"
- Sudut pandang orang ke-3, Serba tahu
Pengarang menjadi pelaku dalam cerita ini dan juga penciptanya.
5. Amanat
Tidak boleh sombong dan merasa lebih hebat, harus rendah hati, dan sabar.
UNSUR EKSTRINSIK
Biografi Singkat Penulis:
Tulis Susan Sati lahir di Bukittinggi, Sumatera. Lahir pada tahun 1898, dan meninggal pada tahun 1942. Sebanyak 7 novel telah dibuat oleh Tulis Susan Sati, dan "Sengsara Membawa Nikmat" salah satu novelnya.
Nilai - Nilai dalam Cerita:
Nilai - nilai dalam cerita ini lebih pada nilai sosial, status sosial yang mempengaruhi nilai budaya yang buruk dilihat dari waktak seorang antagonisnya, yaitu Kacak yang sangat membangkan jabatan pamannya sehingga membuatnya menjadi sombong. Nilai budaya yang baik terdapat pada sikap santun warga dalam kampunya, dan juga Midun dan para sahabatnya.
No comments:
Post a Comment